Sabtu, 28 Februari 2015

Sejarah Dynamite

Kisah penemuan dinamit oleh Alfred Nobel pada tahun 1866 dimulai di Italia pada tahun 1846. Ascanio Sombrero adalah profesor kimia pada Universitas Turin. Selama bertahun-tahun, Profesor Sombrero melakukan serangkaian percobaan kimia. Selama percobaan tersebut, dia secara perlahan melipattigakan glycerin ke dalam campuran sulfur dan asam nitrat dan nitroglycerin yang meminjam istilahnya dengan cairan menakutkan.
Goncangan paling ringan disebabkan oleh bahan peledak yang cukup kejam. Sombrero beberapa kali terluka akibat bahan peledak yang pertama. Bahkan kedua kali dia menaruh cairan gliceryin ke alam dua botol kecil yang berisi larutan asam yang kuat, ledakan menghancurkan banyak peralatannya. Sombrero menyerah setelah banyak ringkasan uji cobanya berakhir dengan kegagalan (lebih mudah meledak). Ketakutan oleh temuannya yang kejam, dia menghancurkan catatannya dan menolak untuk memproduksi nitroglycerin untuk kebutuhan komersial. Tapi dunia telah siap menyambut, dan dunia secara cepat belajar dari kekuatan dan teror nitroglycerin. Ayah Alfred Nobel telah merancang bom bawah air untuk militer Rusia. Dia menggunakan bubuk mesiu. Tapi pada tahun 1860, dia ingin mengganti mesiu menjadi nitroglycerin karena ledakannya lebih kuat dan besar. Nobel bersaudara menggabungkan pabrik-pabrik di Swedia mereka. Alfred Nobel menemukan cara untuk membuat nitroglycerin aman di tangan. Bisnis ini cepat berkembang hingga pabrik meledak pada tahun 1864 yang menewaskan lima orang, termasuk adik Alfred. Alfred Nobel bersumpah bahwa dia akan menemukan cara yang lebih baik untuk membuat nitroglycerin aman di tangan dan daya ledaknya tetap kuat. Dia memindahkan percobaannya pada jangakr kapal ditengah danau Swedia, sehingga tak seorang pun termasuk dirinya sendiri mendapat risiko. Botol-botol nitroglycerin telah dibungkus dalam bungkusan lembut dibatuan tepi danau, disebur kieselguhr, sebagai bantal kematian bahan peledak selama transportasi menuju kapal dan gudang penyimpanan. Nobel memulai percobaannya dengan waspada, mencari zat adiktif yang membuat nitroglycerin stabil secara fisik. Suatu hari, Nobel mencatat bahwa botolnya mengalami kebocoran. Tetesan nitroglycerin yang keluar melewati meja. karena terjadi ledakan bahjan jika satu tetesan mengalir ke tepi dan jatuh ke lantai, Nobel segera mengambil kieselguhr dari bungkusan yang terbuka. Tanpa berpikir, dia menggosok kieselguhr di meja untuk menyerap tumpahan nitroglycerin. Dia membuat suatu lelehan dari bahan lengket seperti lem, tapi tak meledak. Pertama-tama, Nobel merasa sangat berterima kasih karena masih hidup. Dia merasa terkejut ketika nitroglycerin tidak terpasang dalam keadaan siap meledak. Akhirnya dua mulai heran jika kieselguhr mengandung sesuatu yang bisa menstabilkan nitro. Setelah melalui sedikit percobaan sederhana, Nobel menemukan bahwa campuran tak lebih dari 25% kieselguhr yang membuat nitroglycerin stabul dan aman di tangan. Tapi akankah masih meledak? Nobel mengikat tudung ledakan ke suatu bungkusan keras dari campuran barunya dan membuatnya terapung di danau ada sebatang kayu. Dia meledak secara cantik, Hasil ledakan tidak sedahsyat nitroglycerin murni, Tapi itu lebih kuat daripada bubuk mesiu dan lebih aman. Nobel menamakan bahan tersebut dengan dynamit dari kata dynamis, yang dalam bahasa Yunani berarti "Kekuatan".

1 komentar: